Adzan dhuhur berkumandang di mesjid mesjid di Segeri,
Pangkep. Suara motorku mulai meredup setelah menempuh perjalanan ratusan
kilometer dari arah Pinrang. Sinar matahari terasa masuk hingga pori-pori,
panasnya yang cukup luar biasa. Ratusan warung Dange berjejeran di pinggir
jalan menjadi tempat berisitirahat sejenak.
 |
Warung Dange yang berjejeran di Segeri, Pangkep |
Warung Dange 81,
Saepul namanya. “Bu, siapa biasa dipanggilkanki ?” pertanyaan yang pertama kulontarkan
sebelum duduk di kursi.
“Paggil saja ibu
Aji dek”. Kata si ibu yang sedang jaga warung dange dengan logat bugis.
“Minta kopi hitam
tapi jangan terlalu manis, sama dange’ta, bu aji”, pintaku sambil meletakkan
tas di kursi kosong.
Ibu Aji bergegas ke
dapur panaskan air. 15 menit kemudian, Ibu Aji membawakan kopi segelas beserta
sebuah toples berisi gula pasir. “Gulanya campurki sendiri, takutka jangan
sampai terlalu manis nanti”
“ iya bu” kataku.
Saya pun membakar
sebatang rokok, tidak lama berselang sebuah mobil panter singgah pas depan
warung. Seorang bapak pakai topi turun dari mobil. “Berapa satu dos, bu?”,
Tanya bapak itu.
“10 ribu, isinya 7
dange, Pak”. Jawab Ibu Aji.
“Pesanka 3 dos bu”,
kata si bapak pembeli dange
Ibu haji pun dengan
sigap mengambil 21 buah dange yang berada dalam rice cooker, dan kemudian
dimasukkan kedalam sebuah wadah untuk dibakar. Ibu haji mengambil korek untuk
menyalakan api dan memutar kipas angin yang telah disiapkan sebelumnya, untuk
mempercepat proses pembakaran.
15 menit kemudian,
Dange – Dange itu sudah matang. Ibu Aji memasukkan satu persatu kedalam dos. Si Bapak mengeluarkan 3 uang kertas Rp.10.000
dan memberikan ke Ibu Aji. “terima kasih banyak, bu” kata si bapak dan lalu naik
ke mobil dan melanjutkan perjalanan.
Ibu Aji pun duduk
beristirahat di depanku. “apa bahannya itu kue dange’ta, bu aji ?” tanyaku
“Anu ji itu dek.
Beras sipulu bolong dicampur kelapa dan gula merah. Ituji, baru dibakar’mi”.
Jawab Ibu Aji. Sipulu Bolong adalah bahasa bugis untuk penyebutan beras ketan
hitam.
“sudah berapa lama’ki
dagang dange, bu aji ?” tanyaku lagi.
“auuu, sudah lama
sekali’mi dek. Dulu kan kita titip titip’ji di warung makan”. Jawab Ibu Aji.
“tapi warung makan
kadang kewalahan melayani pembeli waktu itu, akhirnya buka maki juga
warung-warung seperti ini”. Lanjut Ibu Aji.
“Kira-kita tahun
berapa, yang kita ingat pertama kali dagang dange seperti ini ?” tanyaku
“ sekitar tahun
1999 – 2000an, dek” jawab Ibu Aji
“Berarti sekitar 15
tahun maki dagang dange bu”,
“iya, begitu
kayaknya dek. Sekitar 15 tahun’mi” tegas Ibu Aji.
Seorang pesepeda
motor memarkir depan warung, dan kemudian pengemudinya masuk ke warung. “Kopi
susu’ta satu bu”. Kata pengendara motor
itu.
10 menit kemudian,
Ibu Aji membawakan kopi pengunjung itu dan Ibu Aji kembali ke tempat duduk yang
berada didepanku.
“Siapa-siapa saja
yang sering singgah beli dange disini, bu ?”
“kalau saya banyak
langgananku dek. Biasanya dalam satu hari saya habiskan 100 biji kelapa untuk
campur dange” Jawab Ibu Aji.
“Langgananku itu
rata-rata pa panter dari sidrap, polmas, dan soppeng” kata Ibu Aji. Pa panter
adalah sebutan untuk mobil isuzu panther yang digunakan sebagai transportasi
umum dari kota Makassar ke daerah.
 |
Alat pembakaran Dange |
“Berapa biasa
pembeli sehari, bu”
“ kalau ramai
biasanya 5 juta sehari, kalau sepi ya biasa 3,5 juta sehari”. Jawab Bu Aji.
“Banyaknya itu
pendapatan sehari, bu” kataku.
“Itu depan warungku
juga, jadi dua warung itu 5 juta sehari”. tegas ibu Aji ,sambil menunjuk warung
yang berada diseberang jalan. Brandingnya sama, Dange 81, Saiful.
Tak terasa, saya
sudah sejam beristirahat di warung ibu
aji. “berapa semua ini, bu?” tanyaku terkait harga segelas kopi dan 4 buah
dange.
“Kopinya 3000
rupiah, trus dange 4 harganya 5000 ji, dek” Jawab Ibu Aji. Harga yang cukup
murah. hehe
Setelah membayar,
sayapun memasang jaket dan mengambil tas untuk kembali melanjutkan perjalanan
menuju kota Makassar.
Jika anda melakukan
perjalan dari arah Kota Makassar menuju ke daerah-daerah Kabupaten Kota di
Sulawesi Selatan, sangat rugi jika anda tidak singgah menikmati makanan Dange
di Segeri Pangkep.. Uenakkk banget loh.. hehe