Jumat, 01 Agustus 2014

Makan Dange di Segeri Pangkep



Adzan dhuhur berkumandang di mesjid mesjid di Segeri, Pangkep. Suara motorku mulai meredup setelah menempuh perjalanan ratusan kilometer dari arah Pinrang. Sinar matahari terasa masuk hingga pori-pori, panasnya yang cukup luar biasa. Ratusan warung Dange berjejeran di pinggir jalan menjadi tempat berisitirahat sejenak.
Warung Dange yang berjejeran di Segeri, Pangkep

Warung Dange 81, Saepul namanya. “Bu, siapa biasa dipanggilkanki ?” pertanyaan yang pertama kulontarkan sebelum duduk di kursi. 

“Paggil saja ibu Aji dek”. Kata si ibu yang sedang jaga warung dange dengan logat bugis.
“Minta kopi hitam tapi jangan terlalu manis, sama dange’ta, bu aji”, pintaku sambil meletakkan tas di kursi kosong.

Ibu Aji bergegas ke dapur panaskan air. 15 menit kemudian, Ibu Aji membawakan kopi segelas beserta sebuah toples berisi gula pasir. “Gulanya campurki sendiri, takutka jangan sampai terlalu manis nanti”

“ iya bu” kataku.

Saya pun membakar sebatang rokok, tidak lama berselang sebuah mobil panter singgah pas depan warung. Seorang bapak pakai topi turun dari mobil. “Berapa satu dos, bu?”, Tanya bapak itu.

“10 ribu, isinya 7 dange, Pak”. Jawab Ibu Aji.

“Pesanka 3 dos bu”, kata si bapak pembeli dange
Ibu haji pun dengan sigap mengambil 21 buah dange yang berada dalam rice cooker, dan kemudian dimasukkan kedalam sebuah wadah untuk dibakar. Ibu haji mengambil korek untuk menyalakan api dan memutar kipas angin yang telah disiapkan sebelumnya, untuk mempercepat proses pembakaran.

15 menit kemudian, Dange – Dange itu sudah matang. Ibu Aji memasukkan satu persatu kedalam dos.  Si Bapak mengeluarkan 3 uang kertas Rp.10.000 dan memberikan ke Ibu Aji. “terima kasih banyak, bu” kata si bapak dan lalu naik ke mobil dan melanjutkan perjalanan.

Ibu Aji pun duduk beristirahat di depanku. “apa bahannya itu kue dange’ta, bu aji ?” tanyaku
“Anu ji itu dek. Beras sipulu bolong dicampur kelapa dan gula merah. Ituji, baru dibakar’mi”. Jawab Ibu Aji. Sipulu Bolong adalah bahasa bugis untuk penyebutan beras ketan hitam.

“sudah berapa lama’ki dagang dange, bu aji ?” tanyaku lagi.

“auuu, sudah lama sekali’mi dek. Dulu kan kita titip titip’ji di warung makan”. Jawab Ibu Aji.

“tapi warung makan kadang kewalahan melayani pembeli waktu itu, akhirnya buka maki juga warung-warung seperti ini”. Lanjut Ibu Aji.

“Kira-kita tahun berapa, yang kita ingat pertama kali dagang dange seperti ini ?” tanyaku
“ sekitar tahun 1999 – 2000an, dek” jawab Ibu Aji

“Berarti sekitar 15 tahun maki dagang dange bu”,

“iya, begitu kayaknya dek. Sekitar 15 tahun’mi” tegas Ibu Aji.

Seorang pesepeda motor memarkir depan warung, dan kemudian pengemudinya masuk ke warung. “Kopi susu’ta satu bu”.  Kata pengendara motor itu.

10 menit kemudian, Ibu Aji membawakan kopi pengunjung itu dan Ibu Aji kembali ke tempat duduk yang berada didepanku.

“Siapa-siapa saja yang sering singgah beli dange disini, bu ?”

“kalau saya banyak langgananku dek. Biasanya dalam satu hari saya habiskan 100 biji kelapa untuk campur dange” Jawab Ibu Aji.

“Langgananku itu rata-rata pa panter dari sidrap, polmas, dan soppeng” kata Ibu Aji. Pa panter adalah sebutan untuk mobil isuzu panther yang digunakan sebagai transportasi umum dari kota Makassar ke daerah.
Alat pembakaran Dange

“Berapa biasa pembeli sehari, bu”

“ kalau ramai biasanya 5 juta sehari, kalau sepi ya biasa 3,5 juta sehari”. Jawab Bu Aji.

“Banyaknya itu pendapatan sehari, bu” kataku.

“Itu depan warungku juga, jadi dua warung itu 5 juta sehari”. tegas ibu Aji ,sambil menunjuk warung yang berada diseberang jalan. Brandingnya sama, Dange 81, Saiful.

Tak terasa, saya sudah  sejam beristirahat di warung ibu aji. “berapa semua ini, bu?” tanyaku terkait harga segelas kopi dan 4 buah dange.

“Kopinya 3000 rupiah, trus dange 4 harganya 5000 ji, dek” Jawab Ibu Aji. Harga yang cukup murah. hehe

Setelah membayar, sayapun memasang jaket dan mengambil tas untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju kota Makassar.

Jika anda melakukan perjalan dari arah Kota Makassar menuju ke daerah-daerah Kabupaten Kota di Sulawesi Selatan, sangat rugi jika anda tidak singgah menikmati makanan Dange di Segeri Pangkep.. Uenakkk banget loh.. hehe

1 komentar: